Matematika Retail

Matematika digunakan setiap hari dalam berbagai cara oleh pemilik toko, manajer, pembeli , dan karyawan. Ini digunakan untuk mengevaluasi rencana pembelian, persediaan, menganalisis angka penjualan, markup tambahan, dan menerapkan penurunan harga untuk merencanakan  tingkat persediaan di toko.


Meskipun program komputer dan alat lain tersedia, melakukan perhitungan matematika ritel ini sendiri membutuhkan pemahaman rumus. Rumus matematika ritel paling umum untuk melacak barang dagangan, mengukur kinerja penjualan, menentukan profitabilitas, dan membantu membuat strategi penetapan harga adalah sebagai berikut.


1.Acid-Test Ratio
Ini adalah ukuran seberapa baik bisnis dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya jika penjualan tiba-tiba berhenti. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk menentukan seberapa mudah perusahaan dapat dilikuidasi dan membantu lembaga keuangan menentukan kelayakan kredit. Semakin mudah untuk melikuidasi , semakin sedikit risiko bagi bank atau lembaga keuangan. Toko ritel mungkin memiliki rasio tes Acid yang sangat rendah tanpa harus berada dalam bahaya. Misalnya, untuk tahun fiskal yang berakhir Januari 2017, rasio tes asam Wal-Mart Stores Inc. adalah 0,22, sementara Target Corp adalah 0,29, menyamai rasio 0,86 dan 0,94, masing-masing.


Acid-Test Ratio = Aktiva Lancar - Inventaris ÷ Kewajiban Lancar

2.Inventaris Rata-rata (Average Inventory)
Ini dapat diawali dengan mengambil harga barang dan mengurangi diskon, ditambah biaya pengiriman dan pajak. Rata-rata ditemukan dengan menambahkan inventaris biaya awal untuk setiap bulan ditambah inventaris biaya akhir untuk bulan terakhir dalam periode tersebut. Jika menghitung untuk satu musim, bagi dengan 7. Jika menghitung selama satu tahun, bagi dengan 13. Berikut adalah contoh biaya: jika pengecer pakaian memiliki persediaan rata-rata Rp 100.000 dan harga pokok penjualan adalah Rp 200.000, maka Anda akan membagi Rp 200.000 dengan Rp 100.000 untuk memberi Anda rasio 2: 1, yang dapat dinyatakan hanya sebagai 2.

Inventaris Rata-rata (Bulan) = (Inventaris Awal Bulan + Inventaris Akhir Bulan) ÷ 2

3.Analisis Break-Even
Ini adalah titik dalam bisnis ritel Anda di mana penjualan biaya yang sama. Tidak ada untung dan tidak rugi. Misalnya, untuk toko ritel, sewa cenderung sama terlepas dari jumlah unit yang terjual.

Break-Even (Rp) = Biaya Tetap ÷ Persentase Margin Bruto

4.Margin kontribusi
Ini adalah perbedaan antara total pendapatan penjualan dan total biaya variabel. Secara eceran, persentase margin kotor diakui sebagai kontribusi margin  (persen). Ini adalah informasi yang berguna untuk memutuskan apakah akan menambah atau menghapus produk dan membuat keputusan penetapan harga.

Kontribusi Margin = Total Penjualan - Biaya Variabel

5.Harga pokok penjualan
Ini adalah harga yang dibayarkan untuk suatu produk, ditambah biaya tambahan yang diperlukan untuk memasukkan barang dagangan ke persediaan dan siap untuk dijual, termasuk pengiriman dan penanganan. Metode ini cukup lurus ke depan, dan sangat mudah digunakan dan diimplementasikan dalam format ritel volume rendah, biaya tinggi per-item.

COGS = Inventaris Awal + Pembelian - Inventaris Akhir

6.Margin Kotor
Ini hanyalah perbedaan antara harga barang dan harga yang dijualnya. Misalnya, jika Store A dan B memiliki penjualan yang sama, namun margin kotor Store A adalah 50 persen dan margin kotor Store B adalah 55 persen, mudah untuk melihat toko mana yang lebih baik.

Margin Kotor = Total Penjualan - Biaya Barang

7.Pengembalian Margin Bruto atas Investasi (Gross Margin Return on Investment - GMROI)
Kalkulasi GMROI membantu pembeli dalam mengevaluasi apakah marjin kotor yang cukup sedang diperoleh oleh produk yang dibeli, dibandingkan dengan investasi dalam persediaan yang diperlukan untuk menghasilkan laba kotor. Misalnya, jika toko Anda memiliki volume penjualan sebesar Rp 1 juta per tahun dengan inventaris rata-rata Rp 500.000, itu akan sangat bagus. Tetapi Rp 1 juta pada persediaan rata-rata Rp 200.000 (meskipun tidak umum) akan menjadi lebih baik.

GMROI = Marjin Kotor Rp ÷ Biaya Persediaan Rata-rata

8.Markup Awal (Initial Markup)
Markup awal ( IMU ) adalah perhitungan untuk menentukan harga jual yang dilakukan pengecer pada suatu barang di tokonya. Beberapa hal yang memengaruhi markup awal adalah merek, persaingan, kejenuhan pasar, antisipasi yang diantisipasi, dan nilai pelanggan yang dirasakan, untuk beberapa nama.

Initial Markup% = (Beban + Pengurangan + Untung) ÷ (Penjualan Bersih + Pengurangan)

9.Inventory Turnover (Stock Turn)
Pada dasarnya, berapa kali selama periode kalender tertentu pengecer menjual dan mengganti  menjual inventarisnya dan menggantikannya (perputaran) inventaris. Ini dihitung sebagai berikut:

Perputaran Barang = Penjualan Bersih ÷ Rata-rata persediaan

10.Keuntungan
Ini adalah jumlah laba kotor yang dihasilkan bisnis ketika suatu barang dijual. Misalnya, jika Anda harus membayar Rp 15 untuk setiap sweater dan Anda kemudian menjualnya ke pelanggan seharga Rp 39, margin eceran Anda sama dengan Rp 24.

Margin% = (Harga Eceran - Biaya) ÷ Harga Eceran

11.Penjualan bersih
Penjualan bersih adalah jumlah penjualan yang dihasilkan oleh bisnis setelah dikurangi pengembalian, tunjangan untuk barang yang rusak atau hilang, dan diskon apa pun yang diizinkan. Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki penjualan kotor sebesar Rp 1 juta, hasil penjualan sebesar Rp 10.000, tunjangan penjualan sebesar Rp 5.000, dan diskon sebesar Rp 15.000, maka penjualan bersihnya adalah Rp 970.000.

Penjualan Bersih = Penjualan Kotor - Pengembalian dan Tunjangan

12.Open to Buy
OTB adalah perbedaan antara berapa banyak persediaan yang dibutuhkan dan berapa banyak yang sebenarnya tersedia. Ini termasuk persediaan di tangan, dalam perjalanan, dan setiap pesanan yang luar biasa. Untuk contoh , pengecer memiliki tingkat persediaan dari Rp 150.000 pada 1 Juli dan direncanakan Rp 152.000 persediaan akhir-of-bulan untuk 31 Juli penjualan yang direncanakan untuk toko adalah Rp 48.000 dengan Rp 750 di markdown direncanakan. Oleh karena itu, pengecer memiliki Rp 50.750 Terbuka untuk Beli secara eceran.

OTB (ritel) = Penjualan Terencana + Penandaan Terencana + Inventaris Akhir Bulan yang Berencana - Awal Persediaan Bulan Yang Direncanakan

13.Penjualan per Kaki Persegi (Sales per Square Foot)
Penjualan per meter persegi data paling sering digunakan untuk merencanakan pembelian persediaan. Data ini juga dapat menghitung pengembalian investasi secara kasar dan digunakan untuk menentukan sewa di lokasi ritel. Ketika mengukur penjualan per kaki persegi, perlu diingat bahwa ruang penjualan tidak termasuk ruang stok atau area di mana produk tidak ditampilkan.

Penjualan per Kaki Persegi = Total Penjualan Bersih ÷ Kaki Persegi Ruang Jual

14.Sell-Through
Angka ini adalah perbandingan jumlah persediaan yang diterima pengecer dari produsen atau pemasok dengan apa yang sebenarnya dijual dan biasanya dinyatakan sebagai persentase. Penjualan bersih pada dasarnya mengacu pada hal yang sama tetapi dalam jumlah absolut.

Sell-Through% = Unit terjual ÷ Unit Diterima

15.Stock to Sales Ratio ( SSR )
Ini menghitung stok awal dibagi jumlah penjualan .

Stock-to-Sales = Stock ÷  Rata Rata Penjualan

4 komentar:

  1. Terimakasih sharingnya, sangat bermanfaat
    untuk pembahasan mengenai average inventory mungkin link berikut bisa menjadi tambahan referensi

    https://www.krishandsoftware.com/blog/1834/pengertian-average-inventory/

    BalasHapus